watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

GADIS MISTERIUS

aku sedang bertugas di kota Malang untuk
menyelesaikan auditing sebuah perusahaan di
sana. Aku menginap di sebuah hotel di jantung
kota bersama 2 rekanku, Andrey dan Erik. Dua
hari di kota itu, pekerjaan kami sudah selesai,
waktu masih sehari lagi. Maka kami sepakat
untuk menghabiskan waktu di kota dingin itu.

Seperti layaknya anak muda lain, waktu malam
yang sepi dan dingin kami berminat
membooking gadis-gadis nakal Malang yang
amat terkenal.
Namun malam itu aku tak ada niat untuk
berfoya-foya, sebab hatiku sedang gundah
memikirkan nasib dan masa depanku. Tiga kali
pacaran gagal terus dan semuanya gara-gara
cewekku selingkuh dengan cowok lain. Karena
di Malang banyak tempat untuk tirakat, maka
aku ingin memanfaatkan malam terakhir di
kota itu untuk nyepi dan bersemedi. Keinginan
itu kuutarakan kepada teman-temanku. Semula
mereka memang tidak setuju, sebab mereka
ingin bersenang-senang.

"Ya kalian bersenang-senanglah," kataku
sambil tertawa.

"Biar aku yang memanfaatkan malam terakhir
ini untuk menyatukan jiwaku dengan alam."
kataku lagi.
Kini gantian mereka yang tertawa,
menertawakan kebodohanku.
"Kamu mau nyepi dimana Son?" tanya
Andrey.
"Besok kita kembali ke Surabaya jam enam
pagi lho!" timpal Erik.
"Tak masalah, aku akan ada di sini jam lima
pagi, OK," jawabku sambil mengenakan jaket
kulitku. Terus aku pergi sambil tertawa.
Dengan menggunakan jasa angkutan umum
aku mencapai wilayah Kecamatan Singosari
hanya dalam waktu setengah jam. Sebelum
melintas rel kereta api sebagai tanda memasuki
kota kecil itu, aku pun turun persis di depan
pos polantas. Dari situ aku berjalan sedikit dan
kemudian membelok mengikuti arah rel kereta
api. Tak lama kemudian sampailah aku di
sebuah pemandian alam di Desa Watugede.

Konon, kolam itu dulu merupakan tempat
mandi Ken Dedes, janda kembang Akuwu
Tunggul Ametung yang kemudian dinikahi
oleh Ken Arok.
Aku langsung mendatangi pemandian itu dan
minta ijin kepada juru kunci untuk bisa semedi
di tepi pemandian barang semalam. Pada
awalnya si juru kunci keberatan, namun
setelah kukeluarkan selembar uang 20-ribuan,
dengan wajah berseri-seri aku diijinkan masuk.

Pemandian itu tidak terlalu lebar bahkan
terkesan sempit, tetapi airnya sangat jernih dan
dingin seperti es. Tepinya terbuat dari batu
kuno yang ditata rapi. Ada beberapa patung
Kala yang mengeluarkan air dari mulutnya.

Juga terdapat beberapa peninggalan lama
seperti lingga dan yoni, namun kondisinya
sudah rusak. Di sekeliling pemandian terdapat
pepohonan rindang dan semak yang
menambah kesan angker.
Malam yang gelap dan hanya diterangi lampu
25 watt yang bergantung di sisi rumah si juru
kunci. Aku pun mengambil tempat di ujung
selatan pemandian dan duduk bersila di sana.
Si juru kunci meminjamkan selembar tikar
plastik untuk duduk. Ketika dia menawarkan
kopi dan makanan kecil terpaksa kutolak. www.ceritaindo.sextgem.com Mana
ada orang nyepi sambil minum kopi panas
dan makan pisang goreng apalagi kalau
ditambah nonton film BF he..he..he..
Suasana amat sepi dan sunyi. Semakin malam
terasa semakin sepi. Hanya sekali-sekali
terdengar deru kereta api lewat, itu pun hanya
dua kali. Deru mobil di jalan raya tak terdengar
lagi dari pemandian itu, meski jaraknya tak
begitu jauh. Kulihat beberapa kali juru kunci
keluar rumah dan melongok ke tempatku
semedi, sesudah itu ia masuk lagi. Lepas
tengah malam, suasana semakin sepi dan juru
kunci tidak keluar lagi.

Udara terasa semakin dingin menggigit tulang,
aku pun mulai berhening diri, mencoba
menyatukan jiwa, raga dan nuraniku dalam
satu genggaman batin. Doa-doa mulai kubaca
dan perlahan-lahan menutup sembilan lubang
pada diri manusia.
Biasanya, dalam melakukan semedi begitu,
konsentrasiku bisa penuh dan bertahan sampai
pagi hari. Namun kali ini konsentrasiku tidak
bisa total. Seolah-olah ada suara-suara yang
selalu menggangguku, ada perasaan-perasaan
yang tidak konstan dan akhirnya aku merasa gagal.

Ketika jam menunjukkan pukul 02:30 WIB,
kusudahi semediku dan kuanggap gagal. Entah
kenapa jiwaku begitu labil dan konsentrasiku
terpecah. Aku pun bangkit dan menunggalkan
tempat itu tanpa pamit kepada juru kunci yang
mungkin saat itu sedang ngorok di samping
istrinya.

Karena perut terasa lapar, aku pun berjalan ke
pasar Singosari yang jaraknya hanya sekitar
300 meter. Suasana masih sepi tetapi sudah
ada beberapa pick-up pedagang sayuran yang
datang dan bernegosiasi dengan para
pedagang setempat. Ada beberapa warung
yang masih atau baru aja dibuka. Maka aku
pun memasuki sebuah tenda berwarna biru
yang menjual kopi "R&B" dan nasi soto
"Balapan".
Ada beberapa orang nongkrong di warung itu
sambil bercanda membicarakan politik negara,
presiden yang lucu, menteri yang sering
diganti sampai DPR dan MPR yang mereka nilai
ceroboh dan bertindak di luar konstitusi.

Saat aku hampir selesai menikmati soto ayam
kesukaanku, tiba-tiba seorang wanita cantik
masuk dan duduk di seberangku. Busananya
sangat sederhana, blus biru dengan bawahan
rok semi mini juga berwarna biru. Baik di leher
maupun pergelangan tangannya tak ada
asesoris. Ia hanya membawa sebuah tas
tangan kecil warna biru.
Ia memesan segelas teh manis dan soto.
Sementara menunggu pesanan ia cuma
menunduk saja. Namun ketika menerima teh
manis dari pemilik warung dengan tak sengaja
matanya memandang ke arahku. Aku kaget
sebab sejak tadi aku mencuri pandang ke
arahnya dan tiba-tiba ia memandangku. Tentu
saja aku jadi malu. Pandangan itu begitu tajam
dan langsung memasuki relung jantungku.
Mata itu sungguh indah.
Satu persatu orang meninggalkan warung dan
tinggal kami berdua. Meski mangkok sotoku
sudah kering dan kopiku yang sudah habis,
aku masih menyempatkan diri duduk manis
disitu sambil sesekali mataku melirik ke arah
cewek cantik itu. Sesekali mata kami bertatapan
dan ia menunduk.
Karena tak betah, sifat usilku muncul. Aku pun
pindah duduk di dekatnya dan langsung
kusapa.
"Koq pagi-pagi begini sudah bangun, mau
belanja ya?" sapaku nakal.
Wanita itu memandangku tersenyum dan
mengangguk tanpa menjawab. Aku semakin
penasaran.
"Nama saya Sony," kataku memperkenalkan
diri. "Mbak siapa?"
"Lasmini, Mas.." jawabnya perlahan. Suaranya
merdu sekali di telingaku.
"Asalnya dari mana Mbak?" tanyaku lagi.

"Dari sini saja Mas.." jawabnya perlahan.
"Mbak mau kemana pagi-pagi begini?"
"Mau pulang Mas.."
"Lho, pagi-pagi darimana?" tanyaku.
Dia diam dan cuma tersenyum lalu
menunduk. Dibukanya tas tangannya dan
berniat mengambil uang untuk membayar
soto dan teh manis yang dipesannya. Cepat-
cepat aku merogoh saku dan mengeluarkan
selembar 20 ribuan dan kuberikan kepada
pemilik warung.
"Semua Pak.. sama punya Mbak ini!" kataku.
"Ah jangan Mas.. banyak lho!" katanya malu-
malu, tetapi tangannya berhenti dan tidak jadi
mengeluarkan uang dari dalam tas miliknya.
"Tidak apa Mbak, kita kan udah kenal berarti
Mbak sudah menjadi teman Sony," kataku
menggoda.
"Mbak rumahnya dimana?"
"Di desa sebelah sana, Mas.." katanya sambil
menunjuk arah seberang rel.
"Dekat Pemandian Watugede, pemandiannya
Kanjeng Ratu Pradnyaparamita."
"Siapa dia Mbak?" tanyaku pura-pura nggak
tahu.

"Dia adalah Ken Dedes dan nama tadi itu nama
kebesarannya," katanya menjelaskan.
"Mbak koq tahu banyak tentang dia,
bagaimana bisa?" tanyaku penasaran.
Dia diam dan cuma tersenyum lalu
menunduk.
"Mari Sony antar Mbak pulang," kataku.
"Boleh saja.. kalau Mas Sony mau," jawabnya
sambil tersenyum.
Dan kami pun meninggalkan warung kembali
ke arah darimana tadi aku datang. Namun
dalam perjalanan timbul keinginan nakalku
untuk membawa gadis cantik itu pulang ke
hotel. Waktu masih menunjukkan pukul 03:00
WIB. Masih banyak waktu untuk bersuka ria.
Siapa tahu dia mau! Ya nggak pembaca.
"Mbak mau kalau Sony ajak jalan-jalan dulu?"
aku mulai memancing.
"Kemana Mas, pagi-pagi begini?" jawabnya
malu-malu.

"Ke Malang.."
"Ke Malang, mau apa?"
"Sony kan nginap dan tidur di hotel.
Bagaimana kalau Mbak menemani Sony di
sana?"
Dia diam dan cuma tersenyum lalu
menganggukkan kepalanya.
Tak disangka dan tak dinyana, ternyata Lasmini
mau kuajak dia ke hotel. Wah, ini jelas dia
bukan cewek baik-baik. Tetapi tak apalah,
cewek baik mana mungkin bisa kudapatkan di
warung soto di pagi buta begini?
Maka, dengan mencarter angkota kubawa
cewek cantik itu ke hotel. Melewati meja
resepsionis aku cuma mengangguk dan kedua
penjaga itu tersenyum. Mereka pasti maklum
sebab mereka juga masih muda dan terbiasa
melihat hal semacam itu.
Mungkin mendengar aku datang dan
membuka pintu, Andrey dan Erik yang
kamarnya berseberangan dengan kamarku
membuka pintu dan melongok keluar. Tapi
aku tidak peduli. Aku cepat-cepat mengangkat
tubuhnya dan kugendong masuk ke kamar.

Mbak Lasmini yang terkejut namun dengan
sigap merangkul leherku. Lalu, kujatuhkan ia ke
ranjang dan aku berlutut mengangkangi
tubuhnya, melepaskan semua kancing
kemejanya. Kulepas bajunya dan kuloloskan
tali BH-nya dari kedua lengannya, lalu kutarik
BH-nya hingga terlepas dari buah dadanya
yang besar merangsang itu. Sementara itu,
Mbak Lasmini sendiri menyibukkan diri
melepas sabuk dan kancing celanaku dan
menarik reitsleting celanaku hingga celanaku
merosot ke pahaku. Celana dalamku tampak
menonjol dengan penis yang telah membesar
dan mengeras. Aku berdiri melepas celana dan
kemejaku sementara Mbak Lasmini melepas
kait BH-nya dan melempar BH-nya ke lantai.
Aku berdiri telanjang mengangkangi tubuhnya
yang tergeletak hanya memakai rok.
Kupandangi seluruh tubuh Mbak Lasmini yang
menggairahkan itu, berakhir di matanya yang
menatap penisku yang mengacung ke atas itu
dengan pandangan penuh birahi. Aku tahu apa
yang ia inginkan, maka aku pun berlutut
mengangkangi dadanya dan ia menaikkan
kepalanya menyambut penisku dengan
mulutnya.

"Ngghh.. nngghh.. Hhh.. Ooohh.. Mbak.. Mini..
sayaanghh.. ohh.." Aku mengerang menikmati
hisapan Mbak Lasmini yang maut pada
penisku. Di dalam mulutnya ia memainkan
penisku dengan lidahnya membuat bola
mataku berputar ke belakang penuh
kenikmatan. Perlahan-lahan kumaju-
mundurkan pantatku sehingga penisku keluar-
masuk mulutnya sementara jempol dan
telunjuk Mbak Lasmini melingkari pangkal
penisku, memberi pijatan dan gesekan nikmat
pada batang penisku."Oh..Mbak, Sony nggak
tahan.."
Mbak Lasmini seperti tak peduli pada pekikanku
yang memberi tanda-tanda nyata bahwa aku
hampir mencapai orgasme, ia terus
memainkan lidahnya menyambut penisku
yang semakin cepat "mengentot" mulutnya.

Bahkan kedua jarinya ikut semakin cepat
mereMas dan mengocok batang penisku.
"Mbaakk.. aahh.." kenikmatan meledak dalam
tubuhku dan aku pun memuncratkan maniku
dalam mulut Mbak Lasmini yang tanpa ampun
menghisap penisku dengan bernafsu.
Lututku terasa lemas dan aku pun jatuh
terlentang di sisi Mbak Lasmini. Ia tersenyum
sambil memainkan sedikit sisa air mani di
bibirnya dengan jarinya. Tak ada setitik pun
bekas air mani di tempat lain, bahkan di
penisku yang mulai melemas. Rupanya Mbak
Lasmini menelan semuanya. Aku tidak
menyangka Mbak Lasmini begitu liar dan
ganas sekali. Ia membersihkan bibirnya
dengan menghisapnya sambil membelai-belai
rambutku. Matanya memancarkan birahi. Aku
mengatur napasku yang tersengal-sengal lalu
bangkit berlutut di atas tubuhnya
mengangkangi pinggangnya. Sambil
bertelekan pada siku, aku kembali menghisap
bibir dan lidahnya yang disambut dengan
pagutan bernafsu dari cewek cantik ini. Sebelah
tanganku mulai meraba-raba buah dada dan
putingnya, sementara ia menjilati telinga dan
leherku.

Aku lalu melepas kancing roknya dan
melorotkan rok sekaligus CD-nya hingga Mbak
Lasmini kini benar-benar telanjang bulat.
Tubuhku kembali naik hingga kini mulutku
tepat berada di atas buah dadanya. Kujilati
kedua buah dada dan putingnya bergantian
dengan lembut dan basah, semakin lama
semakin cepat dan liar, sementara penisku
yang Masih lemas menggesek-gesek bulu
kemaluannya yang lebat.
"Ohh, Mas Sony.. ahh.." ujarnya tersengal-
sengal penuh birahi sambil tangannya
menuntun sebelah tanganku ke
selangkangannya. Jari tengahku pun mulai
bermain di bibir vagina Mbak Lasmini yang
telah basah berlendir itu sementara lidah dan
bibirku terus menggetarkan putingnya yang
merangsang itu.

"Aagghh.. aahh.. Maahhss.." erangnya sambil
menjambak rambutku dan memaju-
mundurkan pantatnya seirama gesekan jariku
pada bibir vaginanya.
"Maahhss.. ohh, Mahhss.. masukin dong..
Maass.." erangnya memohon. Maka kuselipkan
jari tengahku ke dalam liang vaginanya yang
hangat berlendir itu dan kukeluar-masukkan
perlahan-lahan.
"Akhh.. ohh..!" Mbak Lasmini menggoyangkan
badannya sehingga mempercepat keluar-
masuknya jariku dengan gerakan pantatnya
maju-mundur dengan penuh nafsu sambil
kulihat ia menggigit bibirnya.
Kulepaskan mulutku dari putingnya dan jariku
dari vaginanya. Ia tersentak kaget seakan tak
ingin sedetik pun melepaskan kenikmatan ini.

Maka dengan cepat aku berpindah posisi
sehingga kepalaku tepat berada di kedua
pahanya yang telah lebar mengangkang
dengan pantatnya yang seakan menantangku.
Kujilat seluruh vaginanya dari bawah ke atas,
lalu dengan lembut kumainkan bibir vaginanya
dengan ujung lidahku, lalu kembali kujilat dari
bawah ke atas. "Ohh.. teruss.. Maass.."
desahnya nikmat.
Kuangkat pantatnya dan kuremas dengan
kedua tanganku, sambil lidahku menjilati
lubang pantatnya, lalu bergerak menyapu
vaginanya, lalu dengan lembut dan nakal,
kujilati klitorisnya yang telah mengacung.

"Aaaggaahh.. Maass.. teruss.. Maass.."
Erangan tak henti ini membuatku semakin
bernafsu dan semakin liar menjilati klitoris dan
vaginanya. Menjawab permohonannya,
kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya dan
kugerakkan menari dengan liar di dalam
vaginanya sambil mulutku menghisap bibir
vaginanya dan klitorisnya. Mbak Lasmini pun
menjawab keganasan lidahku dengan semakin
cepat dan bernafsu memaju-mundurkan
pantatnya membuat vaginanya menghantam
wajahku. Sungguh liar dan nakal cewek cantik
ini.
"Ohh.. ohh.. ohh.. Mas.. oohh.."
Semakin liar Mbak Lasmini mengerang dan
menghantamkan vaginanya pada mulutku,
semakin bernafsu aku memainkan vaginanya
dengan lidahku, sementara gairahku yang
terus terpancing membuat penisku kembali
menegang keras.

"Ah.. ah.. ah.. Mass.. aakkhh!"
Mendadak tubuhnya menggelinjang hebat dan
jeritan keras menyertai sentakan terakhir
pantatnya maju menancapkan vaginanya pada
mulutku yang menghisap lendir orgasme
yang meleleh dari vagina Mbak Lasmini,
sementara pahanya kaku menjepit kepalaku
dengan erat dan kedua tangannya yang
menahan posisi tubuhnya mencengkeram
sprei dengan erat. Manis dan nikmat kurasakan
lendir orgasmenya.
"Nnngghh.. nikmat..ohh.." dia mengerang
sambil terus mempertahankan jepitan kakinya
pada kepalaku dan tekanan vaginanya pada
mulutku yang terus menghisap bibir vagina
dan klitorisnya.
"Ohh..Mass.." mendadak tubuhnya melemas
dan jatuh di kasur, melepas kepalaku dari
jepitannya. Aku memanjat tubuhnya dan
mengecup bibirnya dengan lembut yang
disambut dengan pagutan liar lidah dan bibir
bernafsu. Kami berciuman dan saling melilit
lidah beberapa saat hingga akhirnya ia melepas
bibirku dengan napas terengah-engah dan
kami berpelukan erat."Hhh, Mas Sonyy..
nikmat, Mas.."
Kami berpelukan beberapa saat, sambil aku
dengan lembut dan perlahan-lahan mulai
menggesekkan penisku yang telah kembali
menegang. Ia lalu melepaskan pelukannya dan
turun dari ranjang. Aku melihat tubuhnya
yang indah dengan rambutnya yang panjang
dan tubuhnya yang putih dan sexy. Tak lama
dia kembali membawa sebotol air dingin dan
sebuah gelas. Ia mengisi gelas dan
memberikannya padaku. "Ayo Mas Son,
airnya diminum, dengan air ini Mas akan
menjadi kekasihku selamanya. Di manapun
Mas berada, saya akan di samping Mas. Mas
cukup panggil namaku maka saya akan
datang.. ingat itu ya Mas.." katanya agak sedikit
aneh tapi tidak kuhiraukan. Kuambil gelas dari
tangannya lalu meminum air dingin itu. Kutarik
tubuh Mbak Lasmini hingga berbaring, lalu
kutempel bibirnya dengan bibirku. Ia
membuka mulutnya dan kugigit lidahnya yang
menjulur ke mulutku. Ia terkejut, namun ia
tersenyum, "Mas Sony nakal ah.." Wajahku
masih di atas wajahnya, dan dengan nakal
kuteteskan air liurku ke bibirnya. Ia kembali
tersentak, namun dengan nakal menerima air
liurku dan mempermainkannya dengan
lidahnya sebelum menghisap seluruhnya ke
dalam mulutnya.
"Nakal nih! Bikin saya tambah terangsang aja!"
katanya sambil mencubit hidungku. Kami
sama-sama tersenyum, lalu kembali saling
berciuman beberapa saat hingga ia membuka
kakinya hingga terkangkang sambil meraba-
raba penisku yang sudah tegang itu di depan
selangkangannya.

"Mas, ayo dong.. Masukin lagi.. nggak tahan
nich.."
"Oke.. sayang.."
Sambil berkata begitu, kutekan penisku yang
dituntun oleh tangannya ke bibir vaginanya
yang ternyata telah kembali basah oleh
lendirnya.
"Ssllpp.." dengan mudah seluruh penisku
masuk tertelan oleh liang vaginanya.
Kugerakkan pantatku maju-mundur perlahan
sambil menikmati gesekan dinding vaginanya
yang basah berlendir itu.

"Hhh.. mmhh.. Mini sayang.. hhmm.."
"Ohh, Mas Sony.. mmhh.."
Sambil terus menggerakkan pantat maju-
mundur seirama sehingga kenikmatan
persetubuhan terasa dengan lembut oleh kami
berdua, kami pun berciuman dengan lembut
dan tidak liar seperti tadi. Kecupan dan hisapan
pada bibirnya benar-benar kunikmati dengan
lembut seirama dengan sodokan lembut
penisku pada vaginanya.
"Hhh. hh. hh.."
"Mmmhh.. Mbak, I Love You, ohh.."
"Ohh, Mas.. ohh, Minii.. juuggaa.. ohh..
teerruuss.. Maass.."
"Oh Mbak.. ohh.. hngk.. hngk.. hngk.."
"Oh Sayanghh.. sayanghh.. terus sayangghh..
ohh.."
Semakin lama, semakin liar kami saling
menyerang satu sama lain. Pantat kami sama-
sama maju-mundur semakin cepat dan keras.
Kuremas buah dadanya dan kujilati sekali-sekali
sementara dia menjambak rambutku. Kedua
kakinya melingkari pahaku seakan ingin
membantu gerakan pantatku agar sodokan
penisku menancap semakin keras dan dalam
pada vaginanya.

"Ohh.. Mass.. teruuss.. ohh.."
"Ohh.. "
Gerakan pantat kami sudah semakin liar dan
cepat, dan tubuhnya pun terbanting-banting
lepas kendali di atas kasur dengan mata
terpejam rapat. Mendadak ia menggigit bibir
sesaat lalu melepasnya dengan sebuah pekikan
kecil.
"Akhh! Maass.. Minii.. ngghhaak tahh.. aahh..
aahh!" Kembali jeritan panjangnya menyertai
sentakan pantatnya yang liar dan keras
menancapkan penisku sedalam-dalamnya
pada vaginanya, sementara tubuhnya dengan
liar tersentak bangkit dari posisi tidur menjadi
setengah duduk dan tangannya menarik
pantatku sekuat tenaga hingga penisku benar-
benar menancap sedalam-dalamnya di dalam
vaginanya yang berkontraksi dengan liar
beberapa detik sebelum akhirnya meledakkan
orgasme hebat yang melepas tumpahan demi
tumpahan lendir orgasme. "Aaahh.." Tubuh
Mbak Lasmini mengejang hebat dan kepalanya
terlempar ke belakang dengan liar sementara
tangannya yang kiri meremas pantatku
dengan keras hingga kukunya menancap di
pantatku. Tanpa tersadar dia menggigit dadaku
hingga keluar darah sedikit.

"Mass.. Sonn.. ohh.."
Pemandangan liar menggairahkan di depan
mataku ini memancing ledakan kenikmatan
dalam tubuhku yang menyerbu ke batang
penisku yang seakan tersumbat itu. "Ohh..
akhh.." dan pertahananku pun jebol juga.
"Crraatt.. Crriitt.. Crroott.." semprotan demi
semprotan air mani kental dan panas kembali
muncrat dari penisku, memenuhi vaginanya
hingga begitu penuh dan meleleh keluar
membasahi paha kami berdua. Aku memeluk
erat tubuhnya yang telah basah kuyup oleh
keringat kami berdua dan kuhisap dadanya
dengan tak terkendali sehingga kembali
tercetak cupang membiru di atas putingnya.
"Crraatt!" Dengan muncratan terakhirku, aku
pun melemas dan kami ambruk bersama-
sama di atas kasur. Aku terasa sangat lemas,
sehingga aku pun menjatuhkan diri di samping
Mbak Lasmini yang juga telah tergolek lemas.
Kami diam tergeletak beberapa saat dengan
napas tersengal-sengal. Lalu aku memandang
Mbak Lasmini yang menggairahkan itu dan
membelai-belai rambutnya. Dia pun menoleh
memandangku dan kami sama-sama
tersenyum bahagia. Lalu, kami pun berbaring
berpelukan.

Sekilas kulihat jam dinding menunjukkan
waktu pukul 04:30 WIB. aku hanya punya
waktu sedikit lagi untuk tidur. Kupeluk erat-erat
tubuh Mbak Lasmini dan kulihat dia tidur pulas
di sampingku. Tak terasa, aku pun tertidur.
Namun baru sekelumit, pintu diketok dari luar.
Aku segera bangkit dan turun dari ranjang dan
membuka pintu. Aku sudah tahu, pastilah si
Andrey atau Erik yang mengetuk pintu, sebab
hari sudah pagi dan kami harus bergegas
pulang. Ternyata memang si Andrey yang
mengetuk pintu.

"Sudah jam setengah lima Son, cepetan siap-
siap.." katanya.
"Sorry, aku masih ada tamu.." kataku
tersenyum.
"Biar kubangunkan dulu.." kataku lagi.
"Tamu?" tanya Andrey sambil melongok ke
dalam ke kamar.
"Mana?"
Aku pun menoleh dan menunjukkan dengan
jariku ke ranjang. Tetapi alangkah kagetku
ketika melihat ranjang sudah kosong. Tak ada
tubuh Mbak Lasmini yang telanjang, tak ada
BH dan CD serta pakaiannya yang berserakan
di lantai, tak ada sandalnya, tak ada siapa-siapa.
Bagaimana mungkin Mbak Lasmini begitu
cepat pergi? Kulihat jam dinding menunjukkan
waktu pukul 04:40 WIB. Bagaimana mungkin
dalam waktu cuma 10 menit Mbak Lasmini
pergi dengan membawa semua pakaiannya
yang berserakan? Ah, mungkin dia malu dan
sembunyi di kamar mandi.

Maka, aku pun segera melihat ke kamar mandi,
sementara si Andrey melangkah masuk sambil
melihat ke segala sudut kamar tidur. Ternyata
kamar mandi juga kosong. Aku benar-benar
kaget dan ketakutan. Lantas kemana perginya
Mbak Lasmini?
"Mana tamunya Son?" tanya Andrey.
"Kamu ini ada-ada saja lha wong tadi kamu
datang dan masuk ke kamar sendirian gitu
lho!"
"Aku tadi sama cewek cantik namanya
Lasmini, Ndrey.." kataku setengah takut.
"Aku tadi melihat masuk kamar sendiri Son.
Aku nggak lihat ada cewek bersamamu."
katanya.
"Tidak Ndrey.. aku bawa teman cewek tadi.
Lihat ini di sebelah atas dadaku ini ada bekas
gigitannya masih ada..!" aku ngotot.
"Lantas dimana dia sekarang koq nggak ada?"
desak Andrey.

"Kalau tidak percaya.. ayo kita tanya sama
resepsionis," ajakku sambil mengenakan
sarung. Kami pun lalu ke loby dan kebetulan
resepsionis yang tugas semalam belum
pulang. Aku segera menghampirinya dan
bertanya, apakah tadi pagi aku pulang
sendirian atau membawa teman cewek?
Dengan santai kedua resepsionis itu menjawab
bahwa aku pulang sendirian. Ah Masa?
"Iya Pak, anda tadi pulang sendirian.. Masak
kami bohong?" jawab keduanya.
"Jadi saya tidak membawa wanita tadi?"
desakku kurang percaya.
"Tidak Pak, anda sendirian tadi.."
Saat itu Erik yang sudah selesai mengatur tas
di bagasi mobil Masuk. Dia bertanya ada apa
dan aku mencoba menjelaskan. Erik tertawa,
"Kamu ini ada-ada saja Son," katanya. "Wong
aku lihat kamu Masuk kamar sendirian koq.."
Semula disangkanya aku mengada-ada dan
kedua temanku itu menanggapinya dengan
seloroh pula. Namun setelah aku bersumpah
"pocong" dan bicara serius, keduanya ikut
ketakutan. Menurut mereka aku telah bercinta
dengan hantu penunggu pemandian
Watugede yang berubah wujud jadi cewek cantik.

"Makanya jangan suka keluyuran di tempat-
tempat begitu," kata Erik.
"Kalau mau nyepi ya sungguh-sungguh
bersih, jangan ngawur, ada cewek cantik di
jalan diembat saja." katanya lagi.
"Kapok!!"
Aku tak berani kembali sendiri ke kamarku.
Ketika aku berkemas, kusuruh Andrey dan Erik
duduk di ranjang. Aku benar-benar takut dan
tak habis mengerti bagaimana hal itu bisa
terjadi pada diriku. Melihat ranjang yang masih
lusuh itu aku jadi ngeri. Apalagi ketika kulihat
bekas spermaku membasahai sprei dan
guling.. hii.. ternyata aku telah bercinta dengan
hantu! Tapi enak lho pembaca.. upss.
Persis jam enam kami meninggalkan hotel
untuk ke Surabaya. Mobil berjalan santai di
tangan Andrey yang memang bertugas
sebagai sopir kami. Tapi pas melewati "Patung
Ken Dedes", aku kaget minta ampun di depan
duduk bersila Mbak Lasmini dengan pakaian
kerajaan kuno dia tersenyum padaku.

"Jangann.. ohh.. tidakk.." teriakku.
"Ada apa Son, koq teriak-teriak..?" tanya Erik.
"Itu.. dia ada di depan patung itu.." kataku
sambil menunjuk ke arah patung.
"Ah.. kamu ada-ada saja. Wong nggak ada
siapa-siapa disitu," kata Erik.
"Sudahlah.. nggak usah bicara itu lagi.
Sebaiknya loe tidur aja Son.. ya," kata Andrey.
Kurang dari setengah jam kami sudah
mendekati tapal batas Singosari. Erik dan
Andrey menepikan kendaraan di sebelah kanan
untuk membeli apel Batu di pasar buah
Mandoroko. Karena masih diselimuti rasa takut
dan resah, aku tidak ikut turun. Aku titip saja 5
kilo rambutan Aceh dan 5 kilo apel manalagi.
Duduk diam memandang kesibukan para
pedagang buah dan orang-orang kaya yang
membelinya, hatiku sedikit tenteram. Kucoba
menghilangkan bayangan Mbak Lasmini dari
mataku. Cewek itu sungguh luar biasa dalam
ngeseks tadi malam. Mungkin karena dia
bukan manusia maka dia bisa melakukannya
dengan sangat baik. Tetapi, apakah nanti tidak
ada efeknya pada diriku karena telah
bersetubuh dengan hantu cantik?
Ketika aku sedang merenung itulah tiba-tiba
mataku melihat sesosok tubuh ramping di
seberang jalan, di depan pompa bensin. aku
benar-benar terkejut sampai terlonjak dari
tempat dudukku. Mbak Lasmini berdiri di sana
sambil memandang ke arahku. Bibirnya
tersenyum dan wajahnya ceria sekali. aku
ketakutan sampai berkeringat. dan mataku
melotot ke arah seberang jalan.
"Hah.. kenapa lagi kamu Son?" teriak Erik
sambil memegang keningku.

"Keringatmu dingin dan banyak sekali!"
"Ada apa lagi sih Son?" tanya Andrey.
Aku tak bisa menjawab karena takut. Aku
berusaha menyebut nama Mbak Lasmini,
tetapi tak ada suara yang keluar dari mulutku
yang cuma bisa komat-kamit. Namun aku
berhasil mengangkat tangan dan menunjuk ke
seberang jalan. Kedua temanku segera
mengikuti arah yang kutunjuk.
"Ada Son? Pompa bensin?" tanya Andrey
heran.
"Bensinnya sudah diisi koq!"
"Las.. Lasm.. mini!"
Akhirnya nama itu meluncur juga dari mulutku
meski terucap amat perlahan.
"Mana?" Erik ikut melihat ke seberang jalan.


"Itu!" jariku tetap menunjuk ke seberang jalan
sebab Lasmini memang masih berdiri tegak di
sana dengan masih menggunakan pakaian
kerajaan kuno. Dia memang cantik sekali bagai
dewi dari kahyangan. Mungkin bila dia ikut
pemilihan "Miss Universe" dia akan keluar
sebagai juara. Lalu, dia kini melambai-
lambaikan tangan ke arahku. Namun kedua
rekanku tetap saja menyatakan tidak melihat
siapa-siapa. Meski aku ketakutan setengah
mati, kedua rekanku santai-santai saja. Andrey
segera menstater mobil meluncur kembali di
jalan raya dengan cepatnya.
Mataku tak lepas memandangi Lasmini yang
masih berdiri disana sambil melambaikan
tangan. aku sampai membalikkan tubuh dan
memandangnya terus sampai hilang di
kejauhan. Aku tidak pura-pura, tidak mengada-
ada. Yang kulihat itu benar-benar Lasmini,
cewek cantik yang dini hari tadi bercinta
denganku! Semua tak percaya, tetapi itulah
yang kualami dan Tuhan pasti tahu apa yang
sebenarnya terjadi! Oh.. nasibku..

TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/2345
U-ON

inc Powered by Xtgem.com